13 Maret 2016

Catatan Gadis Aceh Singkil



 Hasil gambar untuk bunda dan senja
RAJUTAN MIMPI GADIS ACEH SINGKIL

Senja yang tergantikan hujan lebat, sore ini membuyarkan lamunanku, yang masih terengah-engah di pelataran rumahku. Aku masih menunggu senja sore ini, aku masih risau adakah sang senja yang mau singgah untuk sekedar berteduh di gubuk kami yang reok ini. Aku di kagetkan oleh suara halilintar Yang bersahut-sahutan menemani bergantinya malam. Aku kembali melanjutkan aktifitasku yang sempat terseok-seok tidak jelas kemana arah aku melangkah, aku akan kembali untuk menjajakan kesederhana’anku yang semakin tidak karuan. Langkahku melaju, melatih fikirku untuk terus berkembang. Aku diam dan aku mati.
Aku menapak di bebatuan ini,  di temani ibundaku yang semakin hari semakin sakit, semakin hari semakin mengeriput pipinya, aku terus perhatikan langkahnya, yang berjingkat-jingkat menahan sakit yang ada di tumit ibu, dia tetap naik turun bukit untuk mencari sesuap nasi, untuk melanjutkan hari esok, sedikt lebih baik, untuk bekal anak-anaknya yang masih duduk di bangku perkuliahan, aku sempat berfikir untuk hengkang dari semua ini, tapi setelah fikirku berdamai dengan hatiku, aku sadar aku salah, aku pasti bisa membalas semua tetesan keringat ibunda dengan senyum-senyum terindah di masa depan. Insya Allah.
Aku takut sa’at esok aku tidak mampu menatapnya, aku takut sa’at esok aku pulang ke rumah hanya tinggal jasad ibundaku, oh Tuhan,,,. Aku pasti tidak mampu menahan amarah yang menjadi-jadi, aku akan marah pada diriku, karena aku belum bisa membalas semua pengorbananya. Aku belum mengucapkan satu kata”terimakasih”. Yah itu akan menjadi bayang-bayang PENYESALAN seumur hidupku.
Tetesan air hujan sore ini menghantarkanku untuk kembali mengais sebutir angan dan mimpiku, sebait senyum nenek tercintaku, yang hingga sa’at ini masih menopang seluruh tanggung jawab, yang seharusnya bukan dia, dia sekarang hanya tinggal menati senja dengan duduk manis di teras rumah bersama kakek tercintaku, tapi tidak, semuanya hanya ada dalam cerita di buku dongengku,semua hanya ada dalam lamunan senja yang hanya tinggal cerita, semua yang seharusnya tinggal menikmati secangkir kopi jahe kesuka’an nenek di pinngir pantai berdua.
Tapi semua itu tidak terjadi, hari minggu, dia pergi ke pajak untuk melanjutkan usaha dagangnya, dengan tanpa kuli angkat barang, aku terpukul, aku sedih melihat semua kenyata’an ini, bisakah aku merubahnya, ?? aku hanya jinnga, tapi aku ingin menjadi pelangi cantik untuk orang-orang tercinta, aku ingin setiap senyum tulusku mampu sedikit merubah keada’an yang selama ini suram, yah mungkin semua ini akan berjalan lama tapi aku tidak menyerah, Allah akan selalu ada di dekatku.
Berdamailah dengan hati, katakana pada hatimu “Allah akan selalu ada susah ataupun senang”.
#OneDayOnePost

Tidak ada komentar:

Posting Komentar