17 Maret 2016

Bahagianya Jadi Anak Kost


gambar-uncle google

Suatu senja seperti aku berjalan pulang kuliah. Tiba-tiba ada sekelompok anak muda yang memanggilku dengan ramah (sedikit lebay). Aku hanya tersenyum segera membuka pintu dan menuntun sepeda motor milikku. Dan tiba-tiba datang seorang pemuda.
“Kak, minta dong no hpnya”
“Iya” jawabku malas.
“Kakak sombong kali sih, padahal udah lama disini” Ujar mereka di iringi tawa mengejek.
“Oh, boleh 085664****…”Jawabku dengan setenang mungkin. Aku sadar ini bukan di kampung halamanku, harus baik-baik.
“Makasih Kakak…Semoga kita jodoh”Teriak seorang pemuda.
‘Apa mereka nggak tahu ya, aku udah tua gini masih aja di ganggu’ Hatiku mulai berkomunikasi intrapersonal.
Ting… ting nada sms terus bersahut-sahutan. Ya Allah…Semoga baik-baik aja. Ada ketakutan tersendiri ketika berkomunikasi dengan pemuda penduduk setempat. Tapi mau gimana lagi ini takdir yang harus aku jalani semandiri mungkin. Semoga!
Kos, sebuah kata yang tak asing lagi. Dulu juga sewaktu SMA aku anak kos-kosan yang mempunyai seorang Ibu kos, Ehhh bukan Nenek kos. Dia sangat menyayangiku seperti cucu kandungnya. Tapi gimanapun baiknya tetep ada gores-gores itu.
Tapi selama kuliah ini sungguh berat. Ndak ada ibu kos, uang habis bingung sendiri, gas, pun listrik. Aku memutar otak supaya nggak kelaparan. Alhamdulillah, untuk semua itu masih bisa aku tanggung. Walau nggak sepenuhnya paling tidak membantu keluarga. Dengan membuka jasa pengetikan tugas teman-teman di kampus, dari adik-adik  sampai kakak-kakak.
Ada rasa bahagia tersendiri. Menikmati hasil jerih payah sendiri, print yang udah dua kali ganti dan belum bisa beli lagi. Dan sekarang baru bingung pengerjaan S K R I P S I… L
Kebayangkan, berapa dana yang mesti keluar.
Tapi Aku percaya risky tidak pernah tertukar layaknya sandal jepit.
Ok.. inilah seputar anak kos, yang bahagiaaa banget menikmati setiap senti perjalanan hidupku. Tunggu tulisan-tulisanku selanjutnya. :D (kayak udah bagus banget. Hahaha …)
#OneDayOnePost

4 komentar: