Bismillahirahmanirrahim...
Aku mengerling sebentar
saja. Diantara nelangsa kesedihan yang berturut-turut aku alami. Siang itu aku
merarasa jenuh dengan kegiatan kampus, kepala nyut-nyutan. Mau pecah. Tiba-tiba
datang seorang berperawakan tinggi datang, yang tak lain dosenku.
“Rofikoh ya?”
“Iya Pak” jawabku
dengan nada sopan.
“Bapak ada tawaran
menarik, Rofikoh kan sering buat karya ilmiah, tahun ini akan diadakan MTQ,
Fiqoh siap untuk perwakilan Kecamatan Cikureang?”
Aku diam tidak langsung
mengiyakan, tapi ada semilir angin. Sejuk.
“Pak, tapi saya belum
pengalaman di MTQ”
“Bapak percaya fiqoh
bisa” Dengan nada meyakinkan.
“Iya Pak, saya akan
berusaha semampu saya”
****
Waktu terus berjalan
dari mempersiapkan judul sampai mesin ketik zaman doeloe. Dapat di bayangkan
dong, itu bukan sesuatu yang mudah. Untuk kegiatan latihan aja. Jemari ini
sampai bengkak. Tapi tak mengapa, aku akan terus belajar dan belajar.
Aku mencoba menghubungi pihak Kecamatan
dari tanah kelahiranku.
“Assalamualaikum Pak,
Untuk pihak MMQ (Musabaqah Makalah Al-Qur’an) sudah ada Pak?”tanyaku antusias, “Kalau
belum saya mau Pak”.
“Udah ada” jawabnya
super singkat.
“Iya Pak, terimaksih
infonya” Ada gurat kecewa. Aku berharap aku menjadi perkwakilan di Kecamatanku,
tapi mau di bilang apa. Mungkin aku belum pengalaman. Dan belum di percaya. Aku
dengan terpaksa menerima tawaran dari Kecamatan lain, dan akan aku berikan yang
terbaik yang aku bisa.
Aku pernah mendengar
suatu quote “Kalau ingin menjadi pemenang, pergilah, jangan berdiam diri di
tempat kelahiran”. :D sepertinya ndak seperti itu juga kalimatnya.
****
Tibalah waktu yang di
tunggu-tunggu, aku berangkat menuju kecamatanku, naik sebuah bus pesantren.
Karena kebetulan sebagian besar kawan-kawanku anak pesantren. Dan aku tidak,
seorang gadis tamatan SMA. Dapat kebayang perbedaannya.
“Kak, Kakak kuliah
Staisar ya” Tanya seorang remaja perempuan di sampingku.
“Oh, Iya dik, Nama
kakak Rofikoh”
“Nama Saya Ainun Kak”
jawabnya sangat santun.
Aku mulai tertarik
dengan adik-adik pesantren, semuanya sangat menghargaiku. Semuanya menganggap
aku sebagai kakak mereka. Luar biasa rasanya. Ada siluet tersendiri.
****
Dan waktu berselang
beberapa hari, aku berangkat menuju tempat lokasi naik sebuah mobil L-Tor bak
terbuka. Dari kecamatan-kecamatan lain banyak menggunakan mobil pribadi ala
tuan putri, intinya nggak ada yang spsial sepertiku, Hahaha. Tapi aku baru sadar
semua itu menempa jati diri agar tak memanja.
Adik-adikku tak luput
mengantarkanku. Setelah di bacakan segala tata cara pengerjaan ilmiah, kami
semua sibuk dengan kegiatan kami, pening mendengar suara mesin ketik yang
saling bersahut-sahutan.
Alhamdulillah, aku
dapat menyelesaikan tugasku dengan sempurna :D walau nggak sempurna-sempurna
banget.
****
Pengumuman babak penyisihan, dan masuk
ke babak final. Aku ada diantara tiga besar.
Sungguh kaget, senang,
Rasanya dapat kado dari alam lain.
****
Selang tiga hari aku
mengetik kembali, dari awal lancar, kemudian pertengahan. Perutku mual, asam
lambung kambuh. Aku permisi keluar ruangan, dan muntah-muntah.
‘Ya Allah, permudahlah
hamba’ Sungguh sedih, semua ketikkan karya ilmiah belum selesai, fisik semakin
drop, dan nanti sore, aku mesti presentasi hasilku.
Aku perbaiki mindset,
minum obat, makan siang. Alhamdulillah fisik mulai membaik. Go, aku lanjutkan
semua ketikan di mesin kesayanganku. Yang bunyinya sampai menggetarkan gendang
telinga.
****
Presentase di
tengah-tengah dewan juri, peserta dan para penonton. Di sudut lain aku melihat
sosok Bapak dari pihak kecamatanku, memberikan tepuk tangan dalam hening. Dengan
tatapan mata yang sukar di mengerti.
****
Pengumman dan
penutupan, di siarkan langsung oleh radio di Kabupaten, dan Ayah Bunda,
saudara, sanak famili datang.
Dan untuk Bidang MMQ
juara 1 adalah “Rofikoh Yuliyanti”
Aku sujud syukur, aku,
seorang anak petani dari sebuah kampong yang mungkin takkan pernah di dengar
oleh orang lain di Kabupaten apalagi di Negeri ini. Ya Kampung itu bernama “Mukti
Lincir”.
Aku datang kea rah Bunda,
yang menyambutku dengan sangat bangga “Bunda, ini untuk Bunda” aku serahkan
Piagam dan Piala berharga itu Aku memeluk erat ada isak yang tak dapat aku
artikan semoga Bunda bahagia.
****
Dan aku menginjakkan
kaki untuk tingkat Provinsi, Nagan Raya adalah Kabupaten yang menjadi tuan rumah Mtq 2015. walau aku tidak menang. Aku benar-benar sakit
parah ketika hari H, tak mengapa. Semua ini memberi pejaran yang sangat
istimewa.
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
_____Suatu hari nanti, kamu akan mengerti perjuangan
yang sangat berat ini Ananda (Calon Anakku)