Dear Diary…
#OneDayOne
Post
Senja ini, semuanya seakan memudar, perlahan dan mati.
Ya
Allah pingin nangis rasanya. Setiap yang aku lakuin salah, salah dan salah di
mata semua orang. Aku masak katanya ndak enak. Padahal aku udah coba ikhlas
kali, tapi aku tetap wrong. Pingin nangis
sekuat-kuatnya, teriak sekencang-kencangnya. Nyesek banget.
Dosen,,
Uh. Pingin rasanya marah di depan dia, protes. seprotes-protesnya. Tapi apalah
daya, aku bukan siapa-siapa. “wong cilik”.
Terus ditambah
sebagai mahasiswa akhir yang butuh dana ini itu. Semuanya memrlukan uang, KKN,
seminar, bayar semester, siding. ahhhh… setiap kekata ini hendak keluar rasanya
takut, takut kalau umak ndak ada uang. Apalagi sebagai keluarga sederhana.
Pekik ini
seakan sia-sia, tak menambah solusi hanya kedunguan akalku.
Aku
gadis dua puluh dua tahun, cukup untuk di katakana wanita dewasa. Tapi pola pikir,
tingkah lakuku tak mengalahkan anak-anak remaja.
Adakah
yang akan memberiku sepotong sapu tangan, mengusap tetangis menjadi tawa.
Adakah yang sudi menjadikanku makmum dunia akhirat. Aku lelah sendiri, ingin
setiap kali aku berjalan puluhan kilometer ke kampusku. Ada mahram yang
menemaniku. Setiap ada luka. Ada bahu yang siap aku jadikan sandaran.
Mungkin
belum sekarang, tapi aku percaya Allah pemberi hadiah yang terbaik.
Peluk peluk peluk
BalasHapusPeluk peluk peluk
BalasHapustabahkan dirimu mba ^_^
BalasHapussemoga indah di penghujungnya
Mbak Maya, makasih saya butuh sapu tangan ni :'(
BalasHapusSapu tangan saya hilang entah kemana.
*Eh
Makasih ya mbak, udah mampir :)
Kang Sae, Aamiin ya Allah.
BalasHapusSemoga seperti heharap yang lekas terwujud.
MAkasih Kang Sae udah mampir :)