26 Februari 2016

Dear Hati Rofikoh

Dear Diary…
 
#OneDayOne Post
Senja ini, semuanya seakan memudar, perlahan dan mati.
Ya Allah pingin nangis rasanya. Setiap yang aku lakuin salah, salah dan salah di mata semua orang. Aku masak katanya ndak enak. Padahal aku udah coba ikhlas kali, tapi aku tetap wrong. Pingin nangis sekuat-kuatnya, teriak sekencang-kencangnya. Nyesek banget.
Dosen,, Uh. Pingin rasanya marah di depan dia, protes. seprotes-protesnya. Tapi apalah daya, aku bukan siapa-siapa. “wong cilik”.
Terus ditambah sebagai mahasiswa akhir yang butuh dana ini itu. Semuanya memrlukan uang, KKN, seminar, bayar semester, siding. ahhhh… setiap kekata ini hendak keluar rasanya takut, takut kalau umak ndak ada uang. Apalagi sebagai keluarga sederhana.
Pekik ini seakan sia-sia, tak menambah solusi hanya kedunguan akalku.
Aku gadis dua puluh dua tahun, cukup untuk di katakana wanita dewasa. Tapi pola pikir, tingkah lakuku tak mengalahkan anak-anak remaja.
Adakah yang akan memberiku sepotong sapu tangan, mengusap tetangis menjadi tawa. Adakah yang sudi menjadikanku makmum dunia akhirat. Aku lelah sendiri, ingin setiap kali aku berjalan puluhan kilometer ke kampusku. Ada mahram yang menemaniku. Setiap ada luka. Ada bahu yang siap aku jadikan sandaran.
Mungkin belum sekarang, tapi aku percaya Allah pemberi hadiah yang terbaik.

5 komentar:

  1. tabahkan dirimu mba ^_^
    semoga indah di penghujungnya

    BalasHapus
  2. Mbak Maya, makasih saya butuh sapu tangan ni :'(
    Sapu tangan saya hilang entah kemana.
    *Eh

    Makasih ya mbak, udah mampir :)

    BalasHapus
  3. Kang Sae, Aamiin ya Allah.
    Semoga seperti heharap yang lekas terwujud.
    MAkasih Kang Sae udah mampir :)

    BalasHapus