27 Februari 2016

Cerpen Poenya Rofikoh



Cerpen Jawaban senja
#OneDayOnePost
Sore itu rintik hujan menjalar keseluruh tubuh. Nida mencoba berlari-lari kecil agar bisa berteduh dari kekalutan semua ini. Nida ingin segera menjauh dari tepi buruknya prasangka, tapi semuanya seakan terjawab, semuanya menjadi titik cahaya sentral dalam sukarnya perjalanan hidup.
Jejari Nida membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku berwarna pink dan sebuah pena.
Aku bukan sosok kuat itu. Aku adalah sebuah ranting yang rapuh, ranting yang kapan saja bisa terjatuh dalam hembus angin sepoi sekalipun. Aku menangis juga percuma alam seakan tidak ingin bersahabat denganku. Aku bukan sosok lemah itu , bukan sosok penakut itu, semuanya akan aku hadapi, semuanyaa kan aku gapai dengan kedua tangan lemah ini, semuanya yaa semuanya. Bukan lantas dia pergi aku terpuruk dan mati. Aku wanita tegar, wanita yang diciptakan dari rusuk lelaki sholehh.. mm InsyaAllah… masih panjang angan dan mimpiku yang aku wujudkan bersama sosok yang telah Allah takdirkan dan masih menjadi rahasia Allah. Biar terjawab kelakk kala dia menghitbahku, dan menerimaku menjadi sosok tuan putri di rumah dan keluarganya. Tuan putri yang pertama dan terakhir di hidupnya dan hidupku, yang akan memanggilku dengan sebutan “Rindu”..
Rintik hujan semakin menambah derai air mata.
“Astagfirullah, apa ini?” Segera Ia menghapus dan bergegas pulang kerumahnya.

*****
 “Nida.., sayang, makan yuk, udah bunda masakin untuk anida”
Seketika bunda membuyarkan lautan hayalan yang ntah terbang kemana.
Dengan mencoba tersenyum Nida menjawab “iya bunda, bentar lagi Nida makan”
“Bunda lihat akhir-akhir ini Nida sering melamun, ada masalah apa nak?”
Dengan tercekat, “Mm.., Ndak ada Bun, mungkin Nida lelah, banyak tugas kuliah, dan Nida harus menyelesaikan skripsi Nida di tahun ini”
“Nak kalau ada masalah, Nida jangan sungkan ya sayang , Bunda akan selalu ada waktu kalau Nida mau cerita, kalau masalah skripsi,, mmm.. Bunda Cuma bisa bantu do’a.. hehehe.. Laa wong kamu kan tau Nduk, bundamu ini Cuma tamatan SMP “
“Bunda,, Nida sayang bunda selalu… “ memeluk, dan berisak.
“Lho kok nangis Nduk..? “

****
Subuh seakan utuh, membangunkan setiap insan yang tengah terbuai dalam mimpi, mimpi tentang masa depan atau masa lampau….
“Ahmadulillah… “
Udara dingin subuh ini menjalar ke seluruh urat syaraf.
“Nida udah bangun sayang…? ke surau yuk Nak“
“Bund , kita shalat dirumah aja yuk Bund, takut jadi fitnah”
“Nida kita kan niat karena Allah, ndak papalo sayang. Toh Suraunya di depan rumah kita” Sambil memandang lembut ke arah Nida.
“Iya Bund, Nida wudhu dulu ya Bund”.

****
Sepulang dari surau Nida dan wanita paruh baya itu berjumpa dengan laki-laki berperawakan tinggi. Hitam manis.
“Assalamu’alaikum Bu’? Sapa lelaki sederhana itu.
“Wa’alaikum salam Rif, piye kabare Bapak, uwis mari sakite” Jawab Ibu Rahma dengan logat  jawanya.
“Alhamdulillah Bu’ Wis mendingan. Saiki wis nang umah” Ujar Arif yang menjelaskan tentang keadaan ayahnya yang mulai membaik.
“Syukurlah, salam yo karo Bapak, Mamak”
“Injeh Bu” jawab Arif Mengiyakan.

*****
Di suatu senja Nida Asyik menanam bunga di teras rumahnya. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang tak asing lagi.
“Assalamua’alaikum Nduk?” Sapaan Arif membuat jantung Nida berdesir.
“Wa wa’alaikumsalam Kang, silahkan masuk” Jawab Nida setengah gugup dan menunduk menahan suatu rasa yang tidak ia pahami.
______
“Nak Arif, silahkan di minum tehnya pumpung masih hangat” Bu’ Rahma mengingatkan.
“Bu’, sebetulnya kedatangan saya kemari hendak bicara mengenai masa depan saya dan Nida”
Nida yang mendengar dari bilik semakin resah, antara suka atau apa. Tapi ia merasakan bunga-bunga berterbangan diantara taman hatinya.
“Subhanallah nak, Ibu sangat senang sekali mendengarnya, tapi Ibu mau Tanya sama Nduk dulu ya?”
Yang ditanya tak bergeming, hanya senyum dan pipi chubby memerah bak wajah pakai pemutih terkena sengatan matahari.

**** 
Semua yang direncanakan sudah teramat matang, dari dekorasi rumah, makan, dan tinggal menghitung hari untuk berlangsung acara yang teramat spesia bagi Nida.
Nada dering pesan berbunyi, darinya Pasha Ungu feat Rossa, “kupinang kau dengan Bismillah”.
Ia memandang layar Hp , muncul sebuah nama yang membuat tidur malamnya terganggu akhir-akhir ini.
Teruntuk Nida …
Nduk ma’afkan Kakangmu ini ya Nduk. Bukan ndak mau menyelesaikan semua ini secara dewasa. Tapi keputusan yang aku ambil ini yang terbaik.
Esok aku harus pergi ke Yogyakarta, Andin teman kuliahku sakit parah Nduk. Dan membutuhkan kasih sayang dari seorang suami.
Aku yakin, setelah membaca surat ini. Hanya kebencian dan kebencian yang datang tapi percayalah nduk. Kakangmu ini sayang Nduk.

Tak kuasa ia menahan sengatan listrik. Ia menarik nafas panjang. Beristigfar berkali-kali. “Allah jika hati ini bukan Engkau yang menciptakan, mungkin akan luluh lantak seketika”.

*End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar