#OneDayOnePost
#HariKesepuluh
10 Hari dalam Aksara
Malam kian pekat, tergantikan cahaya sendu dalam damai. Melintas
kala ingin terus memimpi. Merajut seutas heharap agar jadi nyata. Tapi halangan
terus datang. Tak peduli ia kuat atau lemah. Berbeda jua cara penyelesaiannya. Inginku
menjadi seorang penulis. Tapi apalah daya tangan ini hanya melemah, bak
kerontang yang tinggal hanyalah seutas jasad tanpa ruh.
Membutuhkan mereka yang memberi motivasi kala ide-ide mulai
hilang. Membutuhkan mereka kala badan tak lagi tegap berdiri. Masihkan ia mampu
mencipta aksara? Atau hanya diam yang datang, diam dalam gelanggang perjalanan
yang tak panjang.
Kapan lagi memulainya kalau tidak sekarang, usia semakin
rapuh. Bahkan uban dikepala menghitung hari untuk menggantikan rambut hitam
legamku.
Untuk anakku yang masih di alam yang berbeda. Esok kala engkau
besar jadilah penulis yang bermanfaat ya nak. Jadilah pembicara yang menguasai
ilmu komunikasi persuasive, mengajak dalam kebajikan. Ibumu ini hanya wanita
sederhana, wanita yang kini usianya masih dua puluh dua tahun, tapi belum ada
satupun yang mampu ibu cipta, semua hanya sedikit hobi, tanpa focus, tulus dan
dedikasi.
Nak titip salam untuk teman-temanmu kelak sampaikan perkataan
ma’ruf di tengah zaman yang menomor satukan harta, dan tahta. Meninggalkan agama
dan budaya. Jadilah diri sendiri tanpa perlu menjadi orang lain agar dirimu
hebat.
*sendiri dalam sepi
mantap
BalasHapus