22 Februari 2017

Harapan dari Nagari Mukti Lincir


HARAPAN 1 SENTI
Oleh : Rofikoh Yuliyanti
Mimpiku pergi ! berlari entah kemana
Mendulang mimpi dari dasar pengharapan
Bahkan nama aku tak punya

Setiap puluhan pasang mata
Menatapku, menyudutkan aksara
Yang ingin kurangkai

Tapi,, hanya kekosongan yang kugapai
Berjalan lunglai tak ada elegi
Lekat menuai jingga dalam senja
Terbantai kungkungan waktu
Bahkan aku tak punya rindu
Hanya menjumpai lorong waktu
Menanti yang tak pasti
Di sudut, Aceh Singkil, 21 November 2015






Biografi : Rofikoh Yuliyanti penulis sederhana ini, terlahir dari seorang bunda yang teramat sempurna Sri Riwayati, dan Ayahanda yang memberikan ia arti sebuah kemandirian Nur Cholis. Dilahirkan 21 Tahun yang lalu, disebuah rumah disudut Kabupaten Aceh Singkil. Perjalanan panjang masih terus ia coba, setahap demi setahap. Kalian bisa menghubungi penulis di fb. Rofikoh Yuliyanti. Email:Rofikoh312@gmail.com.


29 Januari 2017

Teruntuk Malaikatku



*** Teruntuk ; Malaikatku…

Engkau adalah cahaya kala kelam menyelimuti
Perlahan engkau menyadarkan arti kekuatan cinta
Yang berpijak pada kedua kaki ini

Kekuatan cinta yang setia hingga ridho mengerling dari sang pujaan hati
Engkau mengajarkan buah hati tentang siluet kebahagiaan
Kebahaiaan hakiki di syurga

Percayalah kita akan kesyurga sayang, kesyurga bersama para Nabi
Rindu, peluk daku dalam do’a di sepertiga malammu
Cintai aku dengan bisik lembutmu di sepanjang sujud akhirmu

Aku adalah kamu dan kamu adalah cinta
Cinta melekat dalam gurat suci
__Istrimu… September 2000

(Puisi dalam sebuah novel : karya Rofikoh As-Singkily)

17 Maret 2016

SENJA




Raut wajah menua
Rinai murka
Amanah tak terarah
Bak panah menghujam
Jemari rapuh
Gigi tanggal
Kaki melumpuh
Rongrongan kata terucap pelan
Banyak bicara dianggap gila
M A N U L A
Ejek, teriak, bisik-bisik anak cucu berhamburan
Pembuat susah !
Tak sadarkah sayang, semua ini akan engkau rasakan
Di detik kesekian di kehidupanmu
Engkau boleh congak dengan otot dan otakmu
Tapi esok, kala senja menyapa
Engkau akan sama lemahnya, dengan wanita yang lumpuh, bisu di depanmu saat ini
___Langit Aceh Singkil 17 Maret 2016

Senja


Bahagianya Jadi Anak Kost


gambar-uncle google

Suatu senja seperti aku berjalan pulang kuliah. Tiba-tiba ada sekelompok anak muda yang memanggilku dengan ramah (sedikit lebay). Aku hanya tersenyum segera membuka pintu dan menuntun sepeda motor milikku. Dan tiba-tiba datang seorang pemuda.
“Kak, minta dong no hpnya”
“Iya” jawabku malas.
“Kakak sombong kali sih, padahal udah lama disini” Ujar mereka di iringi tawa mengejek.
“Oh, boleh 085664****…”Jawabku dengan setenang mungkin. Aku sadar ini bukan di kampung halamanku, harus baik-baik.
“Makasih Kakak…Semoga kita jodoh”Teriak seorang pemuda.
‘Apa mereka nggak tahu ya, aku udah tua gini masih aja di ganggu’ Hatiku mulai berkomunikasi intrapersonal.
Ting… ting nada sms terus bersahut-sahutan. Ya Allah…Semoga baik-baik aja. Ada ketakutan tersendiri ketika berkomunikasi dengan pemuda penduduk setempat. Tapi mau gimana lagi ini takdir yang harus aku jalani semandiri mungkin. Semoga!
Kos, sebuah kata yang tak asing lagi. Dulu juga sewaktu SMA aku anak kos-kosan yang mempunyai seorang Ibu kos, Ehhh bukan Nenek kos. Dia sangat menyayangiku seperti cucu kandungnya. Tapi gimanapun baiknya tetep ada gores-gores itu.
Tapi selama kuliah ini sungguh berat. Ndak ada ibu kos, uang habis bingung sendiri, gas, pun listrik. Aku memutar otak supaya nggak kelaparan. Alhamdulillah, untuk semua itu masih bisa aku tanggung. Walau nggak sepenuhnya paling tidak membantu keluarga. Dengan membuka jasa pengetikan tugas teman-teman di kampus, dari adik-adik  sampai kakak-kakak.
Ada rasa bahagia tersendiri. Menikmati hasil jerih payah sendiri, print yang udah dua kali ganti dan belum bisa beli lagi. Dan sekarang baru bingung pengerjaan S K R I P S I… L
Kebayangkan, berapa dana yang mesti keluar.
Tapi Aku percaya risky tidak pernah tertukar layaknya sandal jepit.
Ok.. inilah seputar anak kos, yang bahagiaaa banget menikmati setiap senti perjalanan hidupku. Tunggu tulisan-tulisanku selanjutnya. :D (kayak udah bagus banget. Hahaha …)
#OneDayOnePost

16 Maret 2016

Antara Aku dan MTQ 2015





Bismillahirahmanirrahim...
Aku mengerling sebentar saja. Diantara nelangsa kesedihan yang berturut-turut aku alami. Siang itu aku merarasa jenuh dengan kegiatan kampus, kepala nyut-nyutan. Mau pecah. Tiba-tiba datang seorang berperawakan tinggi datang, yang tak lain dosenku.
“Rofikoh ya?”
“Iya Pak” jawabku dengan nada sopan.
“Bapak ada tawaran menarik, Rofikoh kan sering buat karya ilmiah, tahun ini akan diadakan MTQ, Fiqoh siap untuk perwakilan Kecamatan Cikureang?”
Aku diam tidak langsung mengiyakan, tapi ada semilir angin. Sejuk.
“Pak, tapi saya belum pengalaman di MTQ”
“Bapak percaya fiqoh bisa” Dengan nada meyakinkan.
“Iya Pak, saya akan berusaha semampu saya”

****
Waktu terus berjalan dari mempersiapkan judul sampai mesin ketik zaman doeloe. Dapat di bayangkan dong, itu bukan sesuatu yang mudah. Untuk kegiatan latihan aja. Jemari ini sampai bengkak. Tapi tak mengapa, aku akan terus belajar dan belajar.
Aku mencoba menghubungi pihak Kecamatan dari tanah kelahiranku.
“Assalamualaikum Pak, Untuk pihak MMQ (Musabaqah Makalah Al-Qur’an) sudah ada Pak?”tanyaku antusias, “Kalau belum saya mau Pak”.
“Udah ada” jawabnya super singkat.
“Iya Pak, terimaksih infonya” Ada gurat kecewa. Aku berharap aku menjadi perkwakilan di Kecamatanku, tapi mau di bilang apa. Mungkin aku belum pengalaman. Dan belum di percaya. Aku dengan terpaksa menerima tawaran dari Kecamatan lain, dan akan aku berikan yang terbaik yang aku bisa.
Aku pernah mendengar suatu quote “Kalau ingin menjadi pemenang, pergilah, jangan berdiam diri di tempat kelahiran”. :D sepertinya ndak seperti itu juga kalimatnya.



****
Tibalah waktu yang di tunggu-tunggu, aku berangkat menuju kecamatanku, naik sebuah bus pesantren. Karena kebetulan sebagian besar kawan-kawanku anak pesantren. Dan aku tidak, seorang gadis tamatan SMA. Dapat kebayang perbedaannya.
“Kak, Kakak kuliah Staisar ya” Tanya seorang remaja perempuan di sampingku.
“Oh, Iya dik, Nama kakak Rofikoh”
“Nama Saya Ainun Kak” jawabnya sangat santun.
Aku mulai tertarik dengan adik-adik pesantren, semuanya sangat menghargaiku. Semuanya menganggap aku sebagai kakak mereka. Luar biasa rasanya. Ada siluet tersendiri.


****
Dan waktu berselang beberapa hari, aku berangkat menuju tempat lokasi naik sebuah mobil L-Tor bak terbuka. Dari kecamatan-kecamatan lain banyak menggunakan mobil pribadi ala tuan putri, intinya nggak ada yang spsial sepertiku, Hahaha. Tapi aku baru sadar semua itu menempa jati diri agar tak memanja.
Adik-adikku tak luput mengantarkanku. Setelah di bacakan segala tata cara pengerjaan ilmiah, kami semua sibuk dengan kegiatan kami, pening mendengar suara mesin ketik yang saling bersahut-sahutan.
Alhamdulillah, aku dapat menyelesaikan tugasku dengan sempurna :D walau nggak sempurna-sempurna banget.

****
Pengumuman babak penyisihan, dan masuk ke babak final. Aku ada diantara tiga besar.
Sungguh kaget, senang, Rasanya dapat kado dari alam lain.
****

Selang tiga hari aku mengetik kembali, dari awal lancar, kemudian pertengahan. Perutku mual, asam lambung kambuh. Aku permisi keluar ruangan, dan muntah-muntah.
‘Ya Allah, permudahlah hamba’ Sungguh sedih, semua ketikkan karya ilmiah belum selesai, fisik semakin drop, dan nanti sore, aku mesti presentasi hasilku.
Aku perbaiki mindset, minum obat, makan siang. Alhamdulillah fisik mulai membaik. Go, aku lanjutkan semua ketikan di mesin kesayanganku. Yang bunyinya sampai menggetarkan gendang telinga.

****
Presentase di tengah-tengah dewan juri, peserta dan para penonton. Di sudut lain aku melihat sosok Bapak dari pihak kecamatanku, memberikan tepuk tangan dalam hening. Dengan tatapan mata yang sukar di mengerti.


****
Pengumman dan penutupan, di siarkan langsung oleh radio di Kabupaten, dan Ayah Bunda, saudara, sanak famili datang.
Dan untuk Bidang MMQ juara 1 adalah “Rofikoh Yuliyanti”
Aku sujud syukur, aku, seorang anak petani dari sebuah kampong yang mungkin takkan pernah di dengar oleh orang lain di Kabupaten apalagi di Negeri ini. Ya Kampung itu bernama “Mukti Lincir”.
Aku datang kea rah Bunda, yang menyambutku dengan sangat bangga “Bunda, ini untuk Bunda” aku serahkan Piagam dan Piala berharga itu Aku memeluk erat ada isak yang tak dapat aku artikan semoga Bunda bahagia.

****

Dan aku menginjakkan kaki untuk tingkat Provinsi, Nagan Raya adalah Kabupaten yang menjadi tuan rumah Mtq 2015. walau aku tidak menang. Aku benar-benar sakit parah ketika hari H, tak mengapa. Semua ini memberi pejaran yang sangat istimewa.
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
_____Suatu hari nanti, kamu akan mengerti perjuangan yang sangat berat ini Ananda (Calon Anakku)